Untuk apa kita hidup ?

Saudaraku yang dimuliakan Alloh ta’ala, sesungguhnya kita hudup di dunia bukan untuk bersenang-senang saja di dunia, bukan untuk main-main, tanpa ada aturan, tanpa diperintah dan dilarang, tanpa ada pertanggungjawaban atas semua perbuatan kita di akhirat. Alloh ta’ala berfirman :

{أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ, فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ} [المؤمنون:115-116].

Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ?, Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) Arsy yang mulia.” [ Al Mukminun : 115-116]

Imam Ibnu Katsir –rohimahulloh- berkata tentang ayat di atas :

أفظننتم أنكم مخلوقون عبثا بلا قصد ولا إرادة منكم ولا حكمة لنا، { وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ } أي: لا تعودون في الدار الآخرة،

“ Apakah kalian menyangka bahwa kalian adalah makhluk yang sia-sia, tanpa ada tujuan, maksud dan hikmah dari [penciptaan] kalian, [dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami] yaitu kalian tidak akan kembali ke negeri akhirat ? .” [Lihat tafsir Ibnu Katsir –rohimahulloh-]

Hidup yang demikian ini tidak lain dan tidak bukan adalah seperti hidupnya binatang ternak, oleh karena itu ketika berbicara tentang ayat ini Imam Syaukani –rohimahulloh- berkata :

والمعنى : أفحسبتم أن خلقناكم للإهمال كما خلقت البهائم ولا ثواب ولا عقاب ، وأنكم إلينا لا ترجعون بالبعث والنشور فنجازيكم بأعمالكم

“ Dan maknanya : apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian untuk sesuatu yang sia-sia seperti binatang ternak tanpa ada pahala dan hukuman. Dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami dengan adanya hari kebangkitan kemudian Kami balas kalian sesuai dengan amal kalian.” [ Lihat tafsir Imam Syaukani –rohimahulloh- , Fathul Qodhir ].

Akan tetapi Rabb kita yang mulia, Alloh ta’ala telah memerintahkan kepada kita semuanya supaya kita beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56)

“ Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali dengan tujuan supaya mereka beribadah [bertauhid] kepada-Ku.” [Adz Dzariyat : 56]

Sabahat yang mulia Ali bin Abi Thalib –rodhiyallohu ‘anhu- berkata :

وما خلقت الجن ولإنس إلا لآمرهم بالعبادة

“ Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali aku perintahkan kepada mereka untuk ibadah.” [ Lihat Tafsir Imam Qurthubi –rohimahulloh-]

Dengan beribadah seseorang akan meraih kebahagiaan

Zaid bin Aslam –rohimahulloh- ketika mengomentari ayat ini berkata :

هو ما جبلوا عليه من الشقوة والسعادة؛ فخلق السعداء من الجن والإنس للعبادة، وخلق الأشقياء منهم للمعصية.

“ Sudah ditetapkan pada mereka keadaan bahagia dan menderita. Maka Alloh ta’ala menciptakan kebahagiaan untuk jin dan manusia yang beribadah dan Dia menciptakan kesengsaraan bagi mereka yang bermaksiat [kepada-Nya].” [Lihat tafsir Imam Qurthubi –rohimahulloh-]

Mengapa dalam ayat di atas disebutkan jin terlebih dahulu kemudian manusia ?

Imam Syaukani –rohimahulloh- berkata :

ووجه تقديم الجن على الإنس ها هنا تقدم وجودهم

“ Didahulukannya [penyebutan] jin atas manusia dalam ayat ini karena keberadaan jin itu lebih dulu.” [ Lihat tafsir Imam Syaukani –rohimahulloh- , Fathul Qodhir ].

Apa makna لِيَعْبُدُونِ dalam ayat diatas ?

Imam Ibnu Katsir –rohimahulloh- ketika menafsirkan ayat yang mulia ini menyebutkan :

وقال علي بن أبي طلحة، عن ابن عباس: { إِلا لِيَعْبُدُونِ } أي: إلا ليقروا بعبادتي طوعا أو كرها

“  Ali bin Abi Thalhah berkata, dari Ibnu Abbas [ kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku] yaitu : kecuali supaya mereka menegakkan ibadah kepadaku baik ketika senang ataupun susah.”

Dan ini adalah pendapat yang dipilih Ibnu Jarir Ath Thobari –rohimahulloh-

Al Kalbi –rohimahulloh- berkata :

إلا ليوحدون، فأما المؤمن فيوحده في الشدة والرخاء، وأما الكافر فيوحده في الشدة والبلاء دون النعمة والرخاء؛

“ Kecuali supaya mereka mentauhidkan-Ku, maka seorang mukmin dia mentauhidkan Alloh baik diwaktu luang maupun sempit, sedangkan orang kafir mereka mentauhidkan Alloh diwaktu sempit dan ketika ada bencana saja dan tidak mentauhidkan-Nya ketika dapat nikmat dan waktu tenang.”

Apakah Alloh memerlukan ibadah kita ?

Saudaraku yang dimuliakan Alloh ta’ala, hendaknya setiap dari kita mengetahui bahwa manfaat ibadah yang kita tegakkan kembalinya juga kepada kita sendiri. Alloh tidak memerlukan ibadah kita, sama sekali.

Oleh karena itu Alloh ta’ala dalam lanjutan ayat diatas berfirman :

{ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ . إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ }

Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.[Adz Dzariyat : 57-58]

Imam Ibnu Katsir –rohimahulloh- berkata :

ومعنى الآية: أنه تعالى خلق العباد ليعبدوه وحده لا شريك له، فمن أطاعه جازاه أتم الجزاء، ومن عصاه عذبه أشد العذاب، وأخبر أنه غير محتاج إليهم، بل هم الفقراء إليه في جميع أحوالهم، فهو خالقهم ورازقهم.

“ Makna ayat : Sesungguhnya Alloh ta’ala menciptakan hamba supaya mereka beribadah kepada-Nya semata dan tidak berbuat syirik. Maka barangsiapa yang mentaatinya Alloh akan balas dia dengan balasan yang sempurna. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepada-Nya, maka akanAlloh adzab dengan adzab yang sangat keras. Dan Alloh mengkhabarkan bahwa Dia dia membutuhkan kepada mereka [hamba dan ibadahnya] akan tetapi merekalah yang sangat faqir [membutuhkan] Alloh dalam setiap keadaannya. Maka Dia-lah yang menciptakan dan memberi rizki kepada mereka.” [Lihat tafsir Ibnu Katsir –rohimahulloh-]

Imam Syaukani –rohimahulloh– ketika berbicara tentang ayat ini berkata :

هذه الجملة فيها بيان استغنائه سبحانه عن عباده ، وأنه لا يريد منهم منفعة ، كما تريده السادة من عبيدهم ، بل هو الغنيّ المطلق الرازق المعطي

“ Kalimat dalam ayat ini menjelaskan tidak butuhnya Alloh terhadap hamba-Nya, dia sama sekali tidak menginginkan manfaat dari mereka sebagaimana seorang majikan kepada para budaknya. Bahkan Alloh adalah Maha Kaya secara muthlaq, Maha Pemberi Rizqi dan Yang memberi.” [ Lihat tafsir Imam Syaukani –rohimahulloh- , Fathul Qodhir ]

Oleh karena itu, sungguh bahagia, sungguh beruntung orang yang diberikan taufiq oleh Alloh ta’ala untuk dapat beribadah kepada-Nya pada setiap waktunya disepanjang kehidupannya, Karena berarti dia telah mendapatkan anugerah yang sangat besar yaitu dia dapat mewujudkan tujuan hidupnya di dunia ini, yaitu semata-mata hanya untuk beribadah kepada Alloh.

Dan sungguh merugi orang yang tidak mengetahui tujuan hidupnya atau dia orang yang tahu akan tetapi berpaling dari tujuan hidupnya, yaitu orang-orang yang berbuat kesyirikan atau orang-orang yang malas ketika diperintahkan untuk beribadah hanya kepada Alloh, sehingga mereka bisa termasuk orang-orang yang tidak mengingat Alloh kecuali hanya sedikit saja atau bahkan orang yang tidak pernah mengingat Alloh sama sekali.

Faedah-Faedah Ayat :

1. Tujuan Alloh menciptakan jin dan manusia adalah supaya mereka mentauhidkan Alloh ta’ala semata.

Sebagaimana perkataan Al Kalbirohimahulloh- tentang makna إِلا لِيَعْبُدُونِ maksudnya adalah إلا ليوحدون

Cabang dari faedah ini adalah tidak benarnya orang yang mempelajari agama islam dengan ilmu filsafat. Karena orang yang mempelajari islam atau memahami islam dengan filsafat adalah orang yang tidak tahu tujuan hidupnya dan dia akan jadi orang yang bingung. Sehingga dikatakan oleh sebagian ulama bahwa “ Tidak mengetahui filsafat merupakan ilmu dan mengilmui filsafat merupakan kejahilan”. Oleh karena itu kita dapati orang-orang menyibukkan dirinya, menghabiskan umurnya dengan ilmu filsafat adalah orang-orang yang paling tidak jelas tujuan hidupnya. Mereka adalah orang-orang yang bingung bahkan bisa jadi menjadi orang gila.

Cabang dari faedah ini adalah hal ini menunjukkan pentingnya bagi seseorang untuk melihat dan merujuk kepada tafsir para ulama’ salaf ketika menafsirkan suatu ayat, karena mereka adalah orang-orang yang lebih paham tentang maksud ayat daripada orang-orang yang datang setelah mereka. Sehingga kita tidak terjatuh kepada kesalahan dan larangan berbicara tentang ayat Alloh tanpa ilmu.

Cabang dari faedah ini adalah hendaknya seseorang itu bersungguh-sungguh dan meminta pertolongan kepada Alloh ketika melaksanakan ibadah, karena jika dia bersungguh-sungguh ketika ibadah berarti dia telah merealisasikan tujuan hidupnya.

2. Keutamaan orang yang berdakwah  tauhid karena berarti dia telah berdakwah kepada sesuatu yang paling penting yaitu sebab manusia dan jin diciptakan.

Oleh karena itu semua Rosul –‘alaihim as salam- menyeru kaumnya dan memulai dakwahnya dengan tauhid, sebagaimana firman Alloh ta’ala :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut “ [An Nahl : 36]

Cabang dari faedah ini adalah tidak benarnya sikap sebagian orang yang meremehkan dakwah tauhid atau bahkan membenci dakwah yang agung ini. Karena berarti dia telah meremehkan atau membenci dakwahnya para Nabi –‘alahim as salam-.

Cabang dari faedah ini juga menunjukkan bahwa tidak benarnya anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa dakwah tauhid akan memecah-belah persatuan kaum muslimin.

Mengapa bisa demikian ?

a. Karena seandainya dakwah tauhid ini memecah belah persatuan kaum muslimin maka Alloh tidak akan memerintahkan kepada para Nabi-Nya untuk mendakwahkannya, karena Alloh memerintahkan kepada kaum muslimin untuk bersatu dan melarang mereka berpecah belah. Dan tidak mungkin ada pertentangan dari perintah Alloh ta’ala.

b. Kemudian kita katakan, bahwa dakwah tauhid memang benar akan memecah-belah umat, yaitu umat yang mereka mentauhidkan Alloh dan tidak berbuat syirik dengan umat yang hobinya berbuat kesyirikan.

3. Jin itu memang ada dan mereka adalah makhluk Alloh yang dibebani syariat.

Berdasarkan perkataan Alloh bahwa mereka juga diciptakan, artinya mereka itu makhluk yang ada wujudnya. Sehingga tidak benar anggapan orang yang menyatakan tidak adanya jin atau jin itu hanya sesuatu yang abstrak, tidak ada wujudnya.

4. Ibadah hamba kembalinya kepada mereka sendiri dan Alloh tidak memerlukan ibadah kita.

Berdasarkan firman Alloh ta’ala :

{ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ . إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ }

Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.[Adz Dzariyat : 57-58]

5. Diantara nama-nama Alloh adalah الرَّزَّاقُ dan الْمَتِينُ

Wallohua’lam.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s