Pertanyaan :
هل ورد شيء في هيئات صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم عن المسافة بين القدمين أثناء القيام؟
Apakah terdapat riwayat tentang sifat shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang jarak antara dua kaki saat shalat ?
Jawaban :
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:
فلم نقف في صفة صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم على حديث يحدد المسافة بين قدميه الشريفتين
Kami tidak menemukan hadits tentang sifat shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan tentang jarak antara dua kaki beliau (saat berdiri shalat).
ولكن نص بعض أهل العلم على استحباب الاعتماد على القدمين والاعتدال في القيام إلا للمراوحة من طول القيام….. وكرهوا الاعتماد على رجل واحدة واقتران الرجلين.
Akan tetapi sebagian ulama’ menyatakan dengan tegas akan dianjurkannya bersandar pada dua kaki dan seimbang saat berdiri kecuali untuk istirahat karena lamanya berdiri . . . dan mereka tidak menyukai berdiri dengan bersandar pada satu kaki atau merapatkan kaki.
قال ابن مايابي الشنقيطي في فتح المنعم شرح زاد المسلم فيما اتفق عليه البخاري
ومسلم قال: ويكره رفع الرجل أو وضعها على أخرى، وإقرانها حتى يكون كالمقيد لأن ذلك من العبث، وينافي هيئة الصلاة وما فيها من الشغل الشاغل الوارد في الصحيحين عن ابن مسعود مرفوعاً: “إن في الصلاة شغلاً”.
Ibnu Maayaabi As Syinqithi pada Fathul Mun’im Syarhu Zaadil Muslim berkata pada hadits yang disepakati Al Bukhari dan Muslim :
“Dibenci mengangkat kaki atau meletakkan salah satunya pada yang lain dan merapatkannya sampai seperti terikat, karena perbuatan tersebut merupakan ke sia-siaan, menafikan bahwa kesibukan yang ada didalam shalat. Sebagaimana ada pada shahihain dari Ibnu Mas’ud secara marfuu’ : “Sesungguhnya di dalam shalat itu ada susuatu yang menyibukkan.”
وروى النسائي: أن عبد الله بن مسعود رأى رجلاً يصلي قد صف بين قدميه، فقال: (أخطأ السنة)، ولو راوح بينهما كان أحب إلي. .
وعليه فاقتران الرجلين وهو صفهما مخالف للسنة.
Imam An Nasaa-i meriwayatkan : Sesungguhnya Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu melihat seseorang yang shalat dengan menggabungkan kedua kakinya, maka dikatakan kepadanya : “dia telah menyalahi sunnah” Seandainya dia berdiri dengan kedua kakinya maka itu lebih aku sukai.
Berdasarkan hal ini maka perbuatan merapatkan kedua kaki yaitu dengan menggabungkannya menyelisihi sunnah.
والحاصل: أن المسافة بين القدمين أثناء القيام في الصلاة لا حد لها وإنما يقف المصلي معتدلاً معتمداً على رجليه غير قارن بينهما..ولا بأس بالمراوحة بينهما عند الحاجة.
Kesimpulannya : bahwa jarak antara dua kaki saat berdiri shalat tidak ada batasan khusus. Hanya saja hendaknya seorang yang shalat itu berdiri seimbang dengan bersandar kepada kedua kakinya dengan tanpa merapatkannya. Dan tidak mengapa bersandar pada salah satu diantara keduanya ketika ada hajah/kebutuhan.
والله أعلم.
Sumber : http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=22953
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah ditanya :
. . .ونحن نشاهد الآن كثيراً من الناس يفرج ما بين رجليه، فيتسع ما بين مناكب المصلين. فما الصحيح في ذلك؟
Sekarang ini kami menyaksikan bahwa banyak orang yang melebarkan jarak antara dua kakinya sehingga membuat jarak diantara pundak-pundak jama’ah shalat. Apakah perbuatan tersebut benar ?
الجواب : وضع الرجلين في حال القيام طبيعي ، بمعنى أنه لا يدني بعضهما من بعض ، ولا يباعد ما بينهما ، كما روي ذلك عن ابن عمر رضي الله عنهما ، ذكره في شرح السنة أنه كان رضي الله عنهما لا يباعد بين رجليه ولا يقارب بينهما، هذا في حال القيام وفي حال الركوع .
Jawaban : Letak kedua kaki saat berdiri shalat adalah sesuai dengan tabiat, artinya tidak terlalu mendekatkan atau menjauhkan diantara keduanya. Sebagaimana hal tersebut diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, disebutkan di Syarhus Sunnah bahwa beliau radhiyallahu ‘anhuma tidak menjauhkan atau mendekatkan kedua kakinya. Ini dilakukan pada saat berdiri dan rukuk.
Sumber : http://www.ibnothaimeen.com/all/books/article_18156.shtml
Assalaamu’alaikum. Dalam rangka merapatkan saf dlm solat berjama’ah, saya dapati jarak antara kedua telapak kaki perlu di lebihkan agar dapat menyentuh telapak kaki saudara kita yg di kanan & kiri kita. Seringkali didapati agak sukar untuk meletakkan tangan di dada dengan sempurna karena kedua kaki kurang di renggangkan walaupun antara bahu sudah d’irapatkan.