Hukum Mengirimkan Bacaan Al Fatihah Untuk Mayit

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah ditanya :

هل يجوز قراءة الفاتحة على الموتى وهل تصل إليهم؟.

Apakah boleh membacakan al fatihah untuk mayit dan apakah pahalanya sampai kepadanya ?

Syaikh rahimahullah menjawab :

 جواب السؤال قراءة الفاتحة على الموتى لا أعلم فيها نصاً من السنة وعلى هذا فلا تُقرأ لأن الأصل في العبادات الحظر والمنع حتى يقوم دليل على ثبوتها وأنها من شرع الله ــ عز وجل ــ

Tentang dasar disyariatkannya membacakan al fatihah untuk mayit maka saya tidak mengetahui dalil dari sunnah. Oleh karena itu janganlah membacakan al fatihah untuk mayit, karena hukum asal dari ibadah adalah terlarang sampai ada dalil yang menetapkannya bahwa ibadah tersebut disyariatkan oleh Allah azza wa jalla.

ودليل ذلك أن الله أنكر على من شرعوا في دين الله ما لم يأذن به الله، فقال ــ تعالى ــ: (أم لهم شركاء شرعوا لهم من الدين ما لم يأذن به الله). الشورى:21)). وثبت عن النبي، صلى الله عليه وسلم، أنه قال: ((من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد)).وإذا كان مردوداً كان باطلاً وعبثاً يُنَزه الله عز وجل أن يُتقرب به إليه.

Dalil yang menyatakan bahwa hukum asal ibadah itu terlarang adalah bahwa Allah mengingkari orang yang membuat syariat dalam agama Allah dengan syariat yang tidak Allah izinkan. Allah ta’ala berfirman :

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” [Asy syuara : 21]

Demikian pula terdapat hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :

“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada contohnya dari kami maka amalannya tertolak.”

Jika amalan tersebut tertolak maka amalan tersebut batal dan sia-sia. Allah disucikan dari amalan taqarrub yang demikian.

 وأما استئجار قارئ يقرأ القرآن ليكون ثوابه للميت فإنه حرام ولا يصح أخذ الأجرة على قراءة القرآن ومن أخذ أجرة على قراءة القرآن فهو آثم ولا ثواب له

Adapun tentang menyewa seseorang untuk membaca Al Qur’an supaya pahala bacaan tersebut sampai kepada mayit, hukumnya adalah haram. Tidak sah mengambil balasan/upah dari bacaan Al Qur’an tersebut dan barangsiapa yang mengambil upah karena bacaan Al Qur’an maka dia telah berdosa dan tidak ada pahala baginya.

لأن قراءة القرآن عبادة ولا يجوز أن تكون العبادة وسيلة إلى شيئ من الدنيا قال الله ـ تعالى ـ ( من كان يريد الحياة الدنيا وزينتها نوف إليهم أعمالهم فيها وهم فيها لا يبخسون). ] هود: 15

Karena membaca Al Qur’an merupakan ibadah dan yang namanya ibadah tidak boleh dijadikan sarana untuk memperoleh bagian dari dunia. Allah ta’ala berfirman :

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.”  [Hud : 15]

Sumber : http://islamancient.com/play.php?catsmktba=5116

55 comments

    1. Tidak setiap sesuatu yang gak masuk hati dan perasaan Anda itu pasti salah dan boleh jadi menurut Anda tidak masuk hati namun menurut yang lain masuk hati. Dan tolong diperhatikan baik-baik, kita beragama berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah sesuai dengan apa yang dipahami oleh para sahabat dan ulama’ salaf, bukan berdasarkan perasaan manusia, apalagi jika hati manusia tersebut sudah tidak sehat lagi.

  1. Bacaan Al-Qur’an Dan bacaan Al-Fatihah untuk si mayit sebenarnya hanyalah sebuah do’a kepada si mayit yang mudah-mudahan kita mengharapkan atas barokahnya dan karomahnya dari ayat-ayat Allah yang dibacakan tersebut, bukankah berdo’a tidak dilarang, diterima atau tidak hanyalah Allah yang menentukan, itu hanyalah sareat atau bisa juga disebut do’a/pengharapan kepada Allah dengan bacaan dari ayat-ayat Allah juga.

    1. 1. Bacaan Al Qur’an dan Al Fatihah merupakan ibadah. Dan yang namanya ibadah itu sifatnya tauqifiyyah yaitu tegak diatas dalil. Seandainya ada dalil yang mendukung disyariatkannya mengirimkan bacaan Al Qur’an atau Al Fatihah untuk orang yang sudah meninggal maka tidak mengapa melakukannya. Akan tetapi apakah perbuatan tersebut ada dalilnya ?? Ini yang perlu ditanyakan sebelum seseorang beramal. Apakah Nabi dan para sahabatnya pernah menghadiahkan bacaan Al Fatihah untuk keluarga mereka yang sudah meninggal dunia ?? Jika mereka tidak melakukannya mengapa kita nekat melakukannya ? Bukankah sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam ??

      2. Kami tidak mengetahui penjelasan dari para ulama’ jika maksud bacaan Al Fatihah tersebut adalah bentuk do’a. Jika kita berdo’a untuk orang yang sudah meninggal, misalnya orang tua kita maka ini disyariatkan, seperti kita berdo’a semoga semua dosa orang tua kita diampuni oleh Allah dan yang semisalnya. Adapun do’a kepada mayit dengan bentuk membacakan Al Fatihah maka ini butuh dalil.

      wallahua’lam

      1. Assalamu Alikum….
        sya cuma mau bertanya..apakah ada dalil (hadis dan Al Qur an) yang melarang orang membacakan Fatihah buat orang yang sudah meninggal ?
        Trmksh banyak atas penjelasnnya
        Wasslamu Alaikum……..

      2. @Ikhsan
        Wa’alaikumussalam warahmatullah
        1. Hukum asal ibadah adalah tauqifiyah yaitu berdasarkan dalil dan contoh Nabi.

        2. Memang tidak ada dalil yang melarang orang membacakan Al Fatihah buat orang yang sudah meninggal dunia. Namun perbuatan tersebut terlarang karena Nabi dan para sahabat tidak pernah mencontohkannya.

        Demikian pula kita katakan bahwa tidak ada dalil yang melarang kita untuk shalat subuh 3 rakaat. Namun mengapa hal tersebut terlarang ? Jawabannya karena perbuatan tersebut tidak dicontohkan oleh Nabi.

        Jadi pertanyaan dalam masalah ibadah adalah : mana dalil yang memerintahkannya ? bukan dengan pertanyaan mana dalil yang melarangnya ?

        Wallahua’lam

  2. Jadi yang disembah tetaplah Allah asal sariatnya juga dari Allah, bagi saya meminta masalah dunia kepada Allah juga sah-sah saja asal meminta kepada Allah,
    adapun maksud dari ayat ini adalah :
    “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan” adalah kepada mereka yang condong kepada dunia tapi melupakan kehidupan diakherat, jadi dunia juga boleh tapi yang lebih penting adalah akherat

    1. ya, meminta dan berdo’a tentang perkara dunia semisal rizki yang baik kepada Allah memang tidak dilarang, bahkan dianjurkan. Oleh karena itu Imam Ahmad, Ibnu Majah dan An Nasa-i meriwayatkan sebuah hadits shahih, isi hadits tersebut adalah do’a yang Nabi ajarkan kepada kita adalah :

      اللهم إني أسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا

    1. ya, memang benar bahwa pernah ada sahabat yang menyembuhkan orang sakit karena gigitan binatang berbisa, dengan membacakan surat Al Fatihah, perbuatan ini dinamakan dengan ruqyah bukan mengirimkan bacaan Al Fatihah. Untuk ruqyah memang ada tuntunan dan dalilnya, sedangkan mengirimkan bacaan Al Fatihah kepada orang yang sudah meninggal atau mayit tidak ada dalilnya. Perbuatan tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Nabi, sahabat, tabi’in dan para ulama’ salaf. Seandainya perbuatan tersebut disyariatkan niscaya mereka sudah mendahului kita melakukannya, karena mereka adalah manusia yang bersegera dalam kebaikan.

      Adapun sahabat yang meruqyah tersebut dikisahkan dalam hadits panjang dari Abu Sa’i Al Khudry radhiyallahu ‘anhu :
      انْطَلَقَ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ سَفْرَةٍ سَافَرُوْهَا حَتَّى نَزَلُوْا عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوْهُمْ فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوْهُمْ فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ الْحَيِّ فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلاَءِ الرَّهْطَ الَّذِيْنَ نَزَلُوْا لَعَلَّهُ أَنْ يَكُوْنَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوْا: يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ وَسَعْيُنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ فَهَلْ عَنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: نَعَمْ وَاللهِ إِنِّيْ لأَُرْقِي وَلَكِنْ وَاللهِ لَقَدْ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ تُضَيِّفُوْنَا فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوْا لَنَا جُعْلاً فَصَالَحُوْهُمْ عَلَى قَطِيْعٍ مِنَ الْغَنَمِ فَانْطَلَقَ يَتْفُلُ عَلَيْهِ وَيَقْرَأُ { الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ } . فَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي وَمَا بِهِ قَلَبَةٌ . قَالَ: فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمُ الَّذِيْ صَالَحُوْهُمْ عَلَيْهِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: اقْسِمُوْا فَقَالَ الَّذِيْ رَقِيَ: لاَ تَفْعَلُوْا حَتَّى نَأْتِيّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِيْ كَانَ فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا فَقَدِمُوْا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ فَذَكَرُوْا لَهُ فَقَالَ: وَمَا يُدْرِيْكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ . ثُمَّ قَالَ: قَدْ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوْا وَاضْرِبُوْا لِيْ مَعَكُمْ سَهْمًا . فَضَحِكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

      ” Ada beberapa orang dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berangkat dalam suatu perjalanan yang mereka lakukan sampai mereka singgah pada suatu perkampungan Arab. Mereka pun meminta jamuan kepada mereka. Tapi mereka enggan untuk menjamu mereka (para sahabat). Akhirnya, pemimpin suku itu digigit kalajengking. Mereka (orang-orang kampung itu) telah mengusahakan segala sesuatu untuknya. Namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Sebagian diantara mereka berkata, “Bagaimana kalau kalian mendatangi rombongan (para sahabat) yang telah singgah. Barangkali ada sesuatu (yakni, obat) diantara mereka”. Orang-orang itu pun mendatangi para sahabat seraya berkata, “Wahai para rombongan, sesungguhnya pemimpin kami tersengat, dan kami telah melakukan segala usaha, tapi tidak memberikan manfaat kepadanya. Apakah ada sesuatu (obat) pada seorang diantara kalian?” Sebagian sahabat berkata, “Ya, ada. Demi Allah, sesungguhnya aku bisa me-ruqyah. Tapi demi Allah, kami telah meminta jamuan kepada kalian, namun kalian tak mau menjamu kami. Maka aku pun tak mau me-ruqyah kalian sampai kalian mau memberikan gaji kepada kami”. Merekapun menyetujui para sahabat dengan gaji berupa beberapa ekor kambing. Lalu seorang sahabat pergi (untuk me-ruqyah mereka) sambil memercikkan ludahnya kepada pimpinan suku tersebut, dan membaca, “Alhamdulillah Robbil alamin (yakni, Al-Fatihah)”. Seakan-akan orang itu terlepas dari ikatan. Maka mulailah ia berjalan, dan sama sekali tak ada lagi penyakit padanya. Dia (Abu Sa’id) berkata, “Mereka pun memberikan kepada para sahabat gaji yang telah mereka sepakati. Sebagian sahabat berkata, “Silakan bagi (kambingnya)”. Yang me-ruqyah berkata, “Janganlah kalian lakukan hal itu sampai kita mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu kita sebutkan kepada beliau tentang sesuatu yang terjadi. Kemudian kita lihat, apa yang beliau perintahkan kepada kita”. Mereka pun datang kepada Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- seraya menyebutkan hal itu kepada beliau. Maka beliau bersabda, “Apa yang memberitahukanmu bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah?” Kemudian beliau bersabda lagi, “Kalian telah benar, silakan (kambingnya) dibagi. Berikan aku bagian bersama kalian”. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa”. [HR. Bukhari dan Muslim]

      Semoga bisa dipahami . . .

      1. Ok terima kasih atas penjelasannya mohon maaf jika pertanyaan saya agak pedas, saya tidak menharapkan ada perdebatan, karena yang kalah bisa dendam yang menang ditakutkan menjadi sombong, trims

      2. 1. Ya, tidak mengapa anda berpendapat dan berkomentar dalam masalah ini asalkan berlandaskan dengan dalil.

        2. Saya juga berterimakasih kepada Anda karena telah mau menyempatkan diri untuk berkunjung ke blog ini, semoga bisa memberi sedikit manfaat.

        3. Saya juga bukan termasuk orang yang suka berdebat.

        Terakhir, semoga Allah menjadikan kita termasuk orang yang bersemangat dalam menuntut ilmu agama, sehingga semua amal ibadah kita dibangun diatas dalil yang shahih.

    1. Walaikumussalam warahmatullah

      Pertama : kita diperintahkan untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang tua, baik ketika mereka masih hidup atau sudah meninggal dunia.

      Dalilnya banyak, diantaranya :

      1. وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

      “Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kalian berbuat baik pada orang tua kalian dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)

      2. وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

      “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua kalian.” (QS. An Nisa’: 36)

      Pada dua ayat diatas Allah menggandengkan antara perintah untuk mentauhidkan dan hanya beribadah kepada-Nya dengan perintah birrul walidain, ini menunjukkan besarnya dan pentingnya kedudukan birrul walidain.

      Kedua : Allah melarang bagi kita untuk durhaka kepada kedua orang tua karena termasuk dosa besar yang paling besar.
      Sebagaimana dalam sebuah hadits :

      قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ؟) ثَلاَثًا، قَالُوْا : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : ( الإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ ) وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا ( أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرُ ) مَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتىَّ قُلْتُ لَيْتَهُ سَكَتَ

      “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.”Beliau lalu bersabda, “(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan [pada tangannya]. (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), “Dan juga ucapan (sumpah) palsu.” Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), “Duhai, seandainya beliau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

      Ketiga : bentuk birrul walidain kepada orang tua muslim yang sudah meninggal dunia, adalah :

      [1] Mendo’akannya
      [2] Menshalatkan ketika orang tua meninggal
      [3] Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
      [4] Membayarkan hutang-hutangnya
      [5] Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at.
      [6] Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya

      lihat : http://abu0mushlih.wordpress.com/2009/09/23/cara-berbakti-kepada-orang-tua/

      Semoga bisa dipahami dengan baik . . .

      Yang menjadi inti dari masalah ini adalah apakah cara mendo’akan orang tua itu dengan mengirimkan bacaan Al Fatihah ? Ini yang membutuhkan adanya dalil

      Keempat : Jazakallah khairan atas nasehatnya, ya, saya akan terus berusaha untuk menuntut ilmu, semoga Anda juga demikian.

    1. Wa’alaikumussalam warahmatullah

      Pertama : Penting untuk kita ketahui bahwa do’a dan permohonan ampun seorang anak kepada Allah untuk orang tuanya akan bermanfaat bagi orang tua yang sudah tiada.
      Sebagaimana hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

      إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث : علم ينتفع به ، أو صدقة جارية ، أو ولد صالح يدعو له

      “Jika manusia itu mati, maka amalannya akan terputus kecuali tiga perkara: [1] ilmu yang bermanfaat, [2] sedekah jariyah, dan [3] anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

      Kedua : Bahkan kedudukan dan derajat orang tua di akhirat kelak bisa terangkat karena do’a dan permintaan ampun dari anaknya kepada Allah atas dosa dan kesalahan orang tuanya. Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu :

      ترفع للميت بعد موته درجته. فيقول: أي رب! أي شيء هذه؟ فيقال: ولدك استغفر لك

      “Derajat seseorang yang telah meninggal dunia akan ditinggikan. berkata : Ya Rabb, apakah ini? dikatakan : “Permohonan ampunan untukmu dari anakmu.” (HR Bukhari)

      Ketiga : Demikian pula orang tua akan mendapatkan pahala dari amal shalih yang dikerjakan oleh anaknya.

      Allah ta’ala berfirman,

      وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى

      “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An Najm: 39). Di antara yang diusahakan oleh manusia adalah anak yang shalih.

      Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

      إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ

      “Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan hasil jerih payah orang tua.” (HR. Abu Dawud dan An Nasa-i) Ini berarti amalan dari anaknya yang sholih masih tetap bermanfaat bagi orang tuanya walaupun sudah berada di liang lahat karena anak adalah hasil jerih payah orang tua yang pantas mereka nikmati.

      Antum bisa lihat tulisan Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal hafidzahullah di : http://muslim.or.id/manhaj/amalan-yang-bermanfaat-bagi-mayit.html

      Keempat : Do’a yang disyariatkan untuk orang tua yang sudah meninnggal adalah semua do’a kebaikan bagi mereka, diantaranya do’a permohonan ampun dari anak-anaknya kepada Allah untuk orang tua, seperti :

      اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ، رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

      atau yang semisalnya. Kemudian hendaknya doa tersebut kita panjatkan kepada Allah pada waktu-waktu yang mustajab seperti ketika sujud dalam shalat, sepertiga malam yang terakhir, waktu antara adzan dan iqamah dan waktu mustajab yang lainnya.

      Wallahua’lam

  3. apakah setiap amal selalu berdasarkan dalil, tentu tidak,.. bahkan kita diijinkan menolong pelacurpun,.. berdoa ya kita punya jalan sendiri2 ibaratnya kita sama sama pergi ke mekah trus kita naik bis yang berbeda beda untuk sampai kesana,.. dan tentunya sopir yang beda juga thoo,.. ada yang lewat udara ada yang lewat laut,.. pada dasarnya kita semua tidak tahu akan sampai ata ndak hanya allah yang tahu,.. klo masalah syekh ata ulama biarlah mereka kita anggap sopirnya yang tentunya bertanggung jawab atas penumpangnya at pengikutnya ya klo seandainya di jln ada tambrakan at aplah kita juga tidak tahu tapi yang penting tujuan sama,.. mari kita ciptakan kedamaian bagi saya membaca tahlil, ata alquran at alfatikhah buat yang meninggal hanya allah yang tahu nyampek ata ndakk,.. kalian para manusia tidak usah saling menggumbar dalil toh bnyak dalil yang berbeda2 la wong sama sama makan nasi aja cuma beda ilmu,.jadi mari kita sama sama belajar tentang perbedaan ini trimss

    1. Terimakasih atas komentarnya.

      Semoga kita (saya dan Anda) lebih semangat lagi mempelajari agama, biar kalau berbicara tentang masalah agama berlandaskan ilmu, bukan pakai perasaan.

  4. mudah2 an ada petunjuk bagi anda dan kita semua, jangan salah presepsi dalam berdakwah, hati2 untuk semua yang disampaikan. Marilah kita selalu berdoa untuk mencari kebenarannya. Selama ini dari leluhur kita terus menjalankan cara ini untuk mendoakan orang2 yang telah mendahului kita. dan sampai turun pada anak dan cucu kita. Semua juga telah di anjurkan oleh para Kiyai2,Ulama2 besar, Buya2 (di Sumbar) , ustad2 dan para alim ulama dan cerdik pandai. Dan ini tdk ada permasalahan sebelumnya. Dan saya selaku asli orang minang yang mungkin jauh dari penguasaan al-Quran, tapi saya dibesarkan di lingkungan dan keluarga yang sangat kental dengan ajarna islam mulai dari Buyut dan kakek saya selaku Imam Besar di daerah saya belum pernah membahas masalah ini. Bahkan sampai sekarang kami dalam keluarga besar sangat terkejut dengan hal ini. Marilah kita sama mencari kebenarannya. Jangan lah sekali2 memakai kata2 untuk meyakinkan seseorang dengan kata2 “KITA HARUS MEMAKAI ILMU< BUKAN PERASAAN", Itu ada benarnya. tapi ingat dan hati2 masalah perusakan akidah oleh orang2 tertentu yang merusak akidah kita dengan cara yang halus dengan cara sedikit-demisedikit. Mereka sangat memahami islam ini mungkin lebih dari kita memahaminya, tapi tujuan mereka lain. Jangan sampai kita sesama muslim mempunyai presepsi seperti itu. Dakwah tersebut haruslah penyampainya dengan cara persuasif dan kita ikuti dengan istikamah dan berdoa, cepat atau lambat tuhan pasti akan memberikan petunjuk bagi kita. Maaf, sekarang byk sekali kajian2 para ahli2 agama (menurut mereka sendiri ahli) dengan memutar balikan ayat dan hadis. Anggaplah itu benar, tapi bagi kaum yang mempunya ilmu yang dangkal tentu agak kaget dan sangat sok mendengar pernyataan ini. Karena mereka harus merobah cara mereka yang sudah turun menurun. Ini bisa menimbulkan pro dan kontra. Maka dari itu bagi para yang merasa Ahli agama jangan lah dakwah itu sok ekstrim dan merasa tampil beda. Perdalamilah ilmu dakwah dengan sebenar-benarnya dan sampaikanlah dengan benar jgn diktator dalam kata2.
    Astagfirluh'alazim

    1. Sudaraku yang seiman. Islam tidak menyuruh untuk bertaqlid tanpa ada hujjah yang jelas dan shahih. Apabila sudah datang hujjah bagi kita, maka kita wajib sami’na waato’na, karena kebenaran islam bukan karena turun temurun atau tradisi lokal, tapi kebenaran datangnya dari Allah dan RasulNya (Al-Qur’an & Hadist).

  5. Assl…Ust..
    Berdasarkan ulasan ustad..saya mau tanya pada masa nabi pergai haji tidak pernah pakai pesawat, mobil, dll ? sesuai ulasan ustad kita harus mencontoh cara nabi ber ibadah !!!, Kemudian pada jaman nabi pun di sekitar kabah tidak berkeramik dan ber ac..!! mohon jawaban ustad sesuai dengan ulasan diatas ” Beribadah mencontoh nabi “

      1. Ustad..di tempat saya tidak pernah ada minta atau di bayar untuk pembacaan yasin tahlil…(jujur saja saya juga tidak setujuh perihal yasinan ) karena do’a anak yg soleh yang di kabulkan

  6. mungkin karena anda belum meninggal…..dan belum merasakan betapa di butuhkannya dibacakan Do’a atau dibacakan surat Al-fatihah, tahlil dll…..dan masalah sewa menyewa org utk membaca AL-Qur’an…mohon jgn mengartikan demikian(terlalu DANGKAL berfikirnya) tks…
    mohon maaf jika terlalu pedas komentnya…

  7. assalaamu’alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh

    permisi… dan maaf sebelumya
    saya lihat mungkin diantara komentator2 yang ada sebenarnya sudah sama2 tahu dan mempunyai dalil sendiri – sendiri, tapi kelihatanyya perdebatan dari dulu hingga sekarang ya antar ummat islam, ya itu – itu saja. coba kita jangan hanya saling salahkan antar muslim.
    Kalau ga salah tabligh nabi itu kepada kafirin bukan muslimin. Kalau sekarang hanya di internal islam, akhirnya yang ada saling mengaku benar, padahal kita sama sama berpegang pada kemurnian ajaran Rasululloh SAW. katanya setiap orang islam adalah bersaudara. Ya junjung tinggi tinggilah “ashshulhu khoirun”.

    menurut kami yang sangat penting bagi kita yaitu mempersiapkan anak turun kita agar bisa tertanam dalam hidupnya, keteladanan Rasululloh SAW, sehingga langkah hidupnya sesuai dengan ajaran rasululloh tanpa terkontaminasi oleh globalisasi ini, walaupun sangat berat menghadapinya.

    kalau saja berinternet itu harus dengan biaya yang sangat tinggi sedikitnya 5jt rupiah misal, mungkin anak anak kita belum begitu tervirus oleh itu. saya setuju apabila internet hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja seperti orang kaya, pengusaha besar, instansi, lembaga pendidikan atau lembaga lain yang memerlukan atau mungkin pengusaha warnet.

    lebih lebih dengan HP, mengakses internet cukup hanya dengan beberapa rupiah saja, ini yang menurut saya sangat menjadi kendala untuk memuluskan anak saya sebagai generasi.

    ini bukan berarti saya ngga terhadap internet, tetapi saya sendiri merasa menjadi korban internet, mungkin karena saya belum bisa memanfaatkan jaringan internet yang ada sekarang ini.

    harapan saya jangan ada antara kita putus bersaudara hanya karena sebuah bid’ah, mari kita minta kepada Alloh dua saja ( selamat dunia dan selamat akhirat )

    maksimalkan ikhtiar kita dan akhiri do’a semoga husnul khotimah….

    saya yang selalu berharap do’a saudara semua, agar langkah saya selalu dalam ridlo Alloh subhaanahu wata’aala

    walloohu ‘a lam. mohon maaf segala salah

    wassalaamu’alaikum wr. wb.

  8. salah satu amalan yang tak terputus adalah anak yang sholeh.dan kebiasaan anak sholeh adalah mendo.akan kedua orang tua yang hidup maupun yang wafat.adapun berdo.a didahulukan membaca asma Allah minimal membaca basmallah.dilanjutkan dengan membaca/puji pujian rasa syukur ke pada Allah apa saja.alhamdulillahi robil alamiin juga bisa.kita tanamkan dalam hati bahwa kepadaNYA kita memohon dan kepadanya kita memerlukan.lalu berdoa untuk orang tua bahasa arab atau tidak Allah maha tahu dan maha pengabul.kita memohon agar do.a kita tidak salah atau sesat.yang di akhiri dengan aamiin.berdo.a banyak caranya.islam itu mudah. mudah mudahan manfaat.

  9. kalau masalah nyampe dan tidaknya semuanya itu urusan allah, jadi jawaban anda tidak masuk dalam keyakinanku sebagai orang NU. menurut orang NU orang yang sudah meninggal dunia di ibaratkan di tengah lautan yang sangat luas tetapi orang itu memerlukan bantuan karena tenggelam di lautan dan orang yang tenggelam di dalam laut tersebut membutuhkan bantuan misalnya di beri pelampung supaya bisa naik keatas perahu maka selamatlah orang itu dengan izin allah. dan orang yang meninggal dikirimi surat alfatikhah menurut ajaran NU supaya di tolong dari beban atau siksa kubur dengan tawasul atau perantara maka alfatikhah itu akan sampai ke mayit tersebut dengan izin allah.

    1. assalamu ‘alaikum! maaf ya! Sy cuma mau mengingatkn bahwa: dalil alqur’an dan sunnah bagaikn kapal yg kokoh dan kompas bgi org yg tenggelam dlm lautan perasaan dan sangkaan dlm masalah memahami agama,tapi org yg tenggelam itu masih membutuhkn pegangan agar bisa naik ke kapal yg kokoh itu,ketahuilah!pegangan itu adl hati yg bersih yg selamat dari berbagai penyimpangan,yg dpt mnrima kbnaran. Semoga dpt di fahami. Wassalamu ‘alaikum! Yahdikumulloh!

  10. afwan ni ya menurut imam syafi i sendiri ketika mengomentari ayat Wa allaisalil insani illa masa’a ” dan tdklah seseorang itu memperoleh selain yg diusahakanya” beliau berkat bahwa kiriman bacaan alqur’an itu tdk sampai. ?,!,! Afwan ni ana jg dr keluarga besar Nu, simbah saya pengelola haji terbesar di jogja muslimat NU HDWR, ni bkn mau menyombongkan tp cm buat ibroh aja, sekarang ana ngaji salafi ahlussunnah waljammaah, dan simbah saya selalu memberi semangat utk beljar meskipun beliau blm bs meninggalkan jamaah dan bid’ah2nya, barokallohufeek

  11. didik emang sdikit benar,, tapi tolong kali ulang jangn memperdebatkan yang sudah ada. belajar agama yang serius ya,, jgn cuma dari internet aja. fliss dech

  12. dasar wahabi bodoh kau, kalau g ngerti bhsa arab jangan suka ngmong tdk nemuin dalil dlm qur’an & hadis…………baca ajj kagak becus……

    1. assalamu ‘alaikum! Wahai saudaraku! Hendaknya engkau mengkritik dgn cara yg sopan dan berkatalah yg baik sesungguh nya perkataan yg baik itu adl sedekah! ‘wal kalimatut thoyyibatus shodaqoh’

  13. Blog/teknologi ini saja sudah bidah,bisa2nya bilang orang mau berbuat baik sama orangtua sendiri bidah.
    Hati2 kalau mau belajar ilmu agama jangan sembarangan,mendingan cari guru atau pesantren salaf.
    Hati2 jg banyak ustadz palsu dan dalil palsu di zaman sekarang.

  14. Mencermati komentar orang-orang yang mengaku muslim ini, kelihatan kasar amat ya, padahal setiap ucapan itu akan menjadi catatan amal, tahan emosi dan amarahmu gapailah surgamu.

  15. ass.wr.wb.
    1. ustdz Didik Suyadi
    2. Teman-teman semua
    Semoga kita semua diberkati Allah Swt dan diberi hidayah yang seterang-terangnya.
    Dalam kesempatan ini kita semua berdiskusi dan saling belajar. jujur saja saat ini umur saya 52 tahun, saya belajar agama tidak disekolah agama,tapi dari belajar dari pesantren satu ke pesantren lainnya,tpi tidak mendalam, sebatas silaturahmi pada guru dan Kyai. Dasarnya sejak kecil saya belajar ngaji pada orangtua dan nenek.
    Soal : mengirim bacaan Surah al-Fatihah dan bacaan Surah Yasin,memang dari dulu sampai sekarang saya lakukan. dan sehabis sholat fardu saya selalu ngirim Al Fatihah untuk Rasulullah SAW dan keluarga dan sahabatnya. Untuk arwahu/i orang tua , kakek,guru, saudara yang sudah meninggal.
    Nah..yang baru saya tahu adalah : informasi dari Ustadz Didik Suyadi. dan juga komentar teman-teman ( saya rasa sama seperti yang saya lakukan ).
    Subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illallah. saya bersyukur bisa menemukan situs ini. Saya ingin belajar…dan ingin mendapat ilmu Al Qur’an dan Hadis Rasulullah yang diridhoi Allah.
    Saran saya :
    Marilah kita diskusi yang sopan dan saling menghargai,jgn emosi,jgn egois. Apabila Ustadz Didik telah menemukan Ilmu yang sebenarnya maka alangkah baik nya kita ikuti , karena beliau telah menemukan dalil-dalilnya. Bagi kita yang belum bisa menerima , jalankanlah seperti yang telah anda terima dari guru anda selama ini.
    Bagi saya ..saya ingin belajar dari orang yang benar-benar tahu dan mengerti dalil-dalilnya..saya tidak ingin bertahan pada ilmu yang selama ini saya dapatkan selama ini. saya ingin menyempurnakan dari berbagai sumber ilmu dari orang yang mengerti .
    Saya setuju untuk ketemu dengan Bp Ustadz didik Suyadi di forum, saya ingin mengundang bp Ustadz Didik suyadi ke Yogya.
    Kalau Bp Ustadz Didik ke Yogya..mampirlah kerumah saya ; Jl.Jlagran Lor 130 yogyakarta.081578990990. Saya ingin ketemu dan ingin bisa menyebarkan berita ini kepada saudara-saudara saya , teman-teman saya yang sel;ama ini belum begitu banyak mempelajari agam islam secara mendalam.
    Wassalam,
    Sulaiman R.Muchtar.

    1. Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh

      Alhamdulillah, maaf bapak, saat ini saya tidak berada di Yogyakarta. Jika Bapak ingin belajar lebih jauh tentang syariat Islam sebagaimana yang telah dipahami Nabi dan para sabahatnya, bisa menghubungi ustadz-ustadz yang ada di Yogyakarta, bisa di pesantren Islamic Center Bin Baz, Piyungan, atau Ma’had Jamilurrahman, di Sawo, Bantul. Baarakallah fiik

  16. ومااوتيتم من العلم الا قليلا
    Apa ustad sudah masuk dalam aliran tasauf? coba dulu ustad masuk dan pelajari serta rasakan sehingga terbuka hijab antara ustad sebagai manusia dan kholik yaitu Allah. jadi ketika ustad berstatement apapun secara dalil naqli antum bisa juga menjelaskan dari ilmu tasauf yang sudah antum pelajari dan geluti….. antum juga mungkin pernah mendengar cerita sahabat rosul yang mengobati putri seseorang yang sakit setelah berobat kemana mana namun tidak sembuh, namun berkat surah fatihah yang dibacakan sahabat tersebut si putri sembuh. dan pada akhirnya sahabat ini mendapat haadiah dari bapak putri tersebut. kemudian hal tersebut dilaporkan kepada rosul dan rosulululah mensyahkannya. catatan aja hal tersebut tidak diajarkan oleh rosullah sebelumnya tapi atas inisiatif sahabat yang mencoba mengobati dengan membaca surat alfatihah. nah inilahcontoh orang yang telah dibukan futuh oleh Allah sehingga yang tersurat dan tersirat dari ajaran ajaran islam bisa dimengerti. saya pikir kita kita hanya baru mampu atau bisa memahami yang tersurat.

  17. asslamualaikum wr. wb. mohon pencerahanya ni ustad, tasawuf itu yang ngajari pertama kali itu siapa sih? apakah Rosululloh?j jika bukan apakah bisa di katakan bahwa tasawuf itu merupakan agama baru yang mendompleng agama islam, mohon maaf ni ustad saya yang bodo ini wassalam wr wb

  18. assalamu alaikum
    maaf numpang ningrum…..aliran tasawuf itu bukan datangnya dari ajaran islam tapi justru muncul dari kalangan di luar Islam. Silahkan cari dalil shahih yg mendukung tentang kebenaran tasawuf dan dijamin pasti tdk ada. Dan contoh dari cerita saudaraku Farhan seperti di atas adalah bukan menjadi dasar yg kuat tentang diperbolehkannya mengirim bacaan Al Qur’an kpd mayit.
    Bersabarlah saudaraku Didiksuyadi dan jangan gentar untuk tetap memberikan nasehat kpd saudara2 kita yg belum sampai ilmu kepadanya. Barokallohu fik

  19. aslkm wr. wb
    aku gabung yah, oh ya salam kenal aku atika.
    kayknya in persoalan antara doa dan bid’ah yach. al qur’an dn al hadist adalah pegangan dan senjata terhebatx kta tp knapa msh tetap bingung yach!!?

    di dalam al qur’an banyak kalimat ulil albab loh bgi sering yg membuka al qur’an pasti mengetahui bagi yg jarang buka yaa dan cari pasti dapat.
    ulil albab (AKAL) subhanallah kta dsempurnakan dgn akal dan nafsu, tentunya akal kta dgunakn berdasarkn petunjukx yg insya allah akan mengendalikan nafsu.

  20. aku ini masih awan dalam agama, kadang2 memahami kebenaran agama dengan beranalogi seperti ini, misal :
    1. syarat untuk menurus KTP adalah : Surat Pengantar dari RT/RW, foto copy KK & pas foto ukuran 2×3. Kalu kita nyerahin pas fotonya ukuran 2×3 seluruh badan atau nyerahin pas fotonya ukuran 4R dan ditambah melampirkan ijazah SD-SMA, Apakah petugas Kelurahan mau menerima ?
    2. dahulu seorang ilmuwan menyatakan, bawa bumi itu datar. tetapi dengan berkembangnya iptek, dapat dilihat dan dibuktikan, bahwa bumi itu bulat. Apakah sekarang ini kita tetep bersikukuh menyatakan kalau bumi itu datar?

    kalau kebenaran agama didasarkan pada akal-pikiran dan perasaan, tentu nabi Ibrahim alaihissalam tidak akan melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih anaknya; tentu nabi Musa alaihissalam-pun tidak akan memukulkan tongkatnya ke lautan untuk menghindari kejaran pasukan Fir’aun.

    Pahala memang urusan Allah, tetapi Allah telah menetapkan aturan mainnya yang telah disampaikan melalui RosulNya.

    Soal :
    A B
    Amalan * Rosulullah – Sahabat – Tabiin * Kyai – Ustadz – Habib – dll
    —————————————————————————————
    1. Yasinan Tidak melakukan * Melakukan
    2. Tahlilan Tidak melakukan * Melakukan
    3. Kirim Al Fatehah Tidak melakukan * Melakukan

    Kalu disuruh milih, kira-kira amalan mana yang dapat menyelamatkan dunia-akherat? amalan milik A (R-S-T) atau milik B (K-U-H)?

    Hidup ini pilihan …… nggak ada paksaan….. gampang tho?

  21. tahlil dan yasinan merupakan amalan yang sangat baik untuk kita berikan kepada si mayit dan kitapun lewat ALLAH SWT memintanya…..selama kita meminta yang baik2 kepada ALLAH SWT pstilah diterima….

  22. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. An Nisaa’ : 59
    Masihkah kita pantas mengaku Muslim, jika membaca Ayat Al Qur’an, lantas tidak kita imani dengan “sami’na wa’atha’na ?” Apakah ada orang yang lebih taqwa dari pada Rasulullah ? pantaskah mengaku umat Rasulullah, tapi mengangkat ulama’-ulama’ sebagai nabi baru, sehingga lebih mencontoh ulama’ dari pada Rasulullah ?

  23. Melihat dari perdebatan disini saya bisa menyimpulkan ketika kita terjebak dalam perselisihan yg tidak berakhir maka kembalilah kepada Al quran dan Al hadist, semua sudah jelas2 dijelaskan dan dicontohkan oleh Rasulullah, dan kiranya hanya contoh perbuatan, perkataan dan diamnya rasulullah lah yang kita ikuti, selain itu klo bisa jangan kalau tidak mau terjebak dalam dosa bid’ah…untuk saudara2ku yang masih belum mendapatkan petunjuk dari Allah dan termasuk saya mudah2an kita semua istiqomah dalam melaksanakan semua perintah Allah dan Rasulnya dan menjauhi semua larangannya dan yg tidak diperintahkannya. amin ya rabb..dan untuk saudara Didik suyadi mudah2an Allah memberikan saudara kekuatan dan kesabaran dalam mengemban tugas yang amat mulia yaitu menyampaikan kebenaran sesuai Alquran dan Assunah, bukan hal yang dibuat2 atau ibadah dari nenek moyang yang tidak ada tuntunan dalilnya..amin ya rabb..

  24. Berdoa/mengirim Doa/bacaan bacaan Alquran/Zikir untuk orang mati hukum nya TERTOLAK kecuali oleh Anak si mayit untuk jelasnya baca Alquran Ayat An najam :38-39 dan di perkuat oleh yasin Ayat :54 ditambah Albaqarah ayat 286 yang Intinya dari ayat ini adalah setiap manusia hanya mempertanggung jawabkan dan menerima balasan sesuai apa yang dikerjakannya selama hidupnya..Wassalam

  25. Sebagai tambahan Tulisan diatas…

    • Allah berfirman :
    “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat(peraturan) itu dan janganlah kamu ikuti hawa naf-su orang-orang yang tidak mengetahui “.(Al-Jatsiyah (45): 18).
    Berdoa Dengan Ayat Alquran,Berzikir termasuk Ibadah/urusan agama Oleh sebab itu harus mengikuti Syariat ( Aturan Alquran/Sunnah ( yg di contohkan nabi )Nabi)

    Baca ayat ayat ini :

    • “]ika manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akan kepadanya.” (HR. Muslim)
    • Allah berfirman :….yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu), dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan, ( An-Najm (53) : 38-43 )
    Ibnu Katsir dalam menyebutkan tafsir ayat di atas mengatakan, “Sebagaimana tidak dipikulkan atasnya dosa orang lain, demikian pula ia tidak mendapat pahala kecuali dari usahanya sendiri. Dari ayat yang mulia ini, Imam Syafi’i kemudian mengambil kesimpulan bahwa bacaan Al-Qur’an tidak sampai pahalanya, jika dihadiahkan kepada orang-orang mati. Sebab pahala itu tidak dari amal atau usaha mereka. Karena itulah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam tidak mengajarkan hal tersebut kepada umatnya, juga tidak menganjurkan atasnya, tidak pula menunjukkan kepadanya, baik dengan dalil nash atau sekedar isyarat. Yang demikian itu menurut riwayat juga tidak pernah dilakukan para sahabat.
    Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan ( yasin (36 ) : 54.
    Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya Al Baqarah ( 2 ): 286.

    • “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. [QS. Al-Ahzaab(33): 21]

    • Ittiba’(mencontoh) kepada Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dalam Beramal Ibadah adalah Bukti Cinta pada Beliau
    Sudah barang tentu seorang muslim cinta pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam, bukti kalau kita cinta kepada Allah adalah ittiba’/mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi was sallam terutama dalam beramal Ibadah, sebagaimana….

    firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), “Katakanlah ,jika mereka mencintai Allah maka iktutilah aku (Muhammad) maka Allah akan mencintai kalian”. (QS. Al ‘Imron [3] : 31).

    Maka di antara konsekwensi dari mencintai Allah dan mengimani kerosulan Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam adalah mengikuti syari’at beliau yang tercakup di dalamnya ibadah. Bahkan mengikuti apa yang beliau perintahkan/syari’atkan merupakan salah satu hak beliau yang teragung yang harus kita tunaikan[14].

    • Allah berfirman :
    “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.( Al-Hasyr(59):7)

    • Allah berfirman :
    “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (An-Nur(24): 63).

    Allah berfirman :
    • “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan-jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa dalam kesesatan yang Telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia kedalam jahannam, & jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
    (An-Nisaa(4) : 115).

    Semoga Bermanfaat dan ngak usah saling merasa benar…Wassalam.

  26. Ass. Wr. Wb.
    Dengan mempertajam perbedaan, tak ubahnya seseorang yang suka menembak burung di dalam sangkar. Padahal terhadap Al-Qur’an sendiri memang terjadi perbedaan pendapat. Oleh sebab itu, apabila setiap perbedaan itu selalu dipertentangkan, yang diuntungkan tentu pihak ketiga. Atau mereka sengaja mengipasi ? Bukankah menjadi semboyan mereka, akan merayakan perbedaan ?
    Kalau perbedaan itu memang kesukaan Anda, salurkan saja ke pedalaman kepulauan nusantara. Disana masih banyak burung liar beterbangan. Jangan mereka yang telah memeluk Islam dicekoki khilafiyah furu’iyah. Bahkan kalau mungkin, mereka yang telah beragama tetapi di luar umat Muslim, diyakinkan bahwa Islam adalah agama yang benar.
    Ingat, dari 87 % Islam di Indonesia, 37 % nya Islam KTP, 50 % penganut Islam sungguhan. Dari 50 % itu, 20 % tidak shalat, 20 % kadang-kadang shalat dan hanya 10 % pelaksana shalat. Kenyataan ini suatu tantangan bagi kita.
    Wass. Wr. Wb.
    hmjn wan@gmail.com

Tinggalkan Balasan ke Kur Batalkan balasan