Madzab ulama’ fiqih tentang adzan wanita

Pertanyaan :

هل يصح للمرأة أن تؤذن للصلاة إن لم يوجد غيرها لأداء الأذان؟

Apakah sah bagi wanita mengumandangkan adzan shalat jika tidak ada seorangpun yang adzan selainnya ?

Jawaban :

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:

فأن النساء لا يجب عليهنَّ أذان ولا إقامة عند عامة أهل العلم. قال ابن قدمة: ولا أعلم فيه خلافا.

Sesungguhnya tidak wajib bagi wanita mengumandangkan adzan da iqamah menurut mayoritas ulama’. Ibnu Qudamah berkata : “Aku tidak mengetahui perbedaan diantara ulama’ tentang hal ini.”

فإذا أحبت المرأة أن تؤذن لنفسها أو لجماعة من النساء معها جاز ، ولا ترفع صوتها فوق ما تسمع نفسها وصواحبها. وانظري الفتوى رقم : 9120

Jika wanita ingin mengumandangkan adzan untuk dirinya sendiri atau jama’ah wanita maka diperbolehkan, namun dengan tidak mengangkat suara melebihi yang dapat didengar oleh dia sendiri dan jama’ah wanita. Lihat fatwa no : 9120.

ولكن لا يشرع لها أن تؤذِّن لدعوة الناس إلى صلاة الجماعة باتفاق العلماء، وأقوالهم في ذلك تدور بين التحريم والكراهة.

Akan tetapi tidak disyariatkan bagi wanita mengumandangkan adzan untuk menyeru manusia melaksanakan shalat jama’ah dengan kesepakatan para ulama’. Perkataan mereka berputar antara haram dan makruh.

قال الكاساني الحنفي: (فيكره أذان المرأة باتفاق الروايات؛ لأنها إن رفعت صوتها فقد ارتكبت معصية، وإن خفضت فقد تركت سنة الجهر).

Al Kaasaani Al Hanafi berkata : “Dibenci adzan-nya seorang wanita dengan kesepakatan riwayat (ulama’ Hanafiyah), karena jika dia mengangkat suaranya maka dia telah melakukan perbuatan maksiat, jika melirihkan suaranya maka dia telah meninggalkan sunnah adzan, yaitu mengeraskan suara.”

وأما المالكية فنقل صاحب مواهب الجليل عن صاحب الطراز : أن ظاهر المذهب كراهة التأذين للمرأة، ونقل عن صاحب القوانين أن أذانهنَّ حرام، وعن ابن فرحون أن الأذان ممنوع في حقهن.

Adapun Malikiyah, penulis Mawaahibil Jaliil dari penulis At Tharraz : “Sesungguhnya dzahir dari madzab Malikiyah adalah membenci adzan bagi wanita, dan dinukil dari penulis Al Qawaaniin bahwa adzan mereka (wanita) adalah haram, dan dari Ibnu Farhuun bahwa adzan itu terlarang bagi para wanita.”

وفي الفواكة الدواني: (فأذانها بحضرة الرجال حرام، وقيل مكروه).

Di Al Fawaakih Ad Diwaani : “Adzan wanita dengan kehadiran (adanya) laki-laki adalah haram, dan dikatakan pula makruh.”

وقال الشافعي في الأم: (ولا تؤذن امرأة، ولو أذنت لرجال لم يجز عنهم أذانها).

 Asy Syaifi’i di Al Umm berkata : “Wanita tidak boleh adzan, seandainya dia adzan untuk para laki-laki maka tidak sah adzan-nya bagi mereka (laki-laki).”

وقال في المغني : ولا يعتد بأذان المرأة؛ لأنها ليست ممن يشرع له الأذان.

Ibnu Qudamah berkata di Al Mughni : “Tidak dianggap adzan seorang wanita, karena dia tidak disyariatkan melakukan adzan.”

والراجح من أقوال أهل العلم حرمة تأذين المرأة للرجال؛ لأن ذلك من المحدثات التي لا تعرف عن السلف، ولما في ذلك من التعرض للفتنة، وقد قال صلى الله عليه وسلم: ” ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء”. متفق عليه.

Pendapat yang kuat dari berbagai pendapat ulama’ adalah haramnya adzan wanita untuk laki-laki. Karena perbuatan tersebut termasuk perkara baru yang tidak dikenal pada zaman salaf. Dan perbuatan tersebut juga dapat menimbulkan fitnah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah aku tinggalkan kepada kalian suatu fitnah untuk para laki-laki yang lebih berbahaya daripada fitnah wanita.” (Muttafaq ‘alaihi)

وقد اختلف العلماء، هل إذا أذنت المرأة كما يؤذن الرجال هل يصح أذانها أم لا ؟ على قولين:

Kemudian para ulama’ berselisih pendapat, tentang wanita yang adzan sebagaimana adzan-nya laki-laki, apakah sah atau tidak ? Pendapat mereka terbagi menjadi dua :

القول الأول: لا يصح أذانها، وهو مذهب الجمهور من المالكية والشافعية والحنابلة.

Pendapat pertama : adzan-nya tidak sah, ini adalah madzab jumhur/mayoritas ulama’ dari Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah.

قال الخرشي في شرح مختصر خليل: (ولا يصح من امرأة). ، ونحوه في الفواكه الدواني،

Al Kharasyi berkata di Syarhu Mukhtashar Jaliil : “Tidak sah adzan dari wanita.” Perkataan semisal ada juga di Al Fawaakih Ad Diwaani.

وقال في المجموع : (فإذا أذنت للرجال لم يعتد بأذانها).

Imam Nawawi berkata di Al Majmuu’ : “Jika wanita adzan untuk laki-laki maka tidak sah adzannya.”

وقال في الإنصاف: (لا يعتد بأذان امرأة).

Penulis Al Inshaaf berkata : “Tidak teranggap adzan dari wanita.”

القول الثاني: صحة هذا الأذان مع الكراهة، وهو مذهب الحنفية.

Pendapat kedua : sahnya adzan wanita namun hukumnya makruh. Ini adalah madzab Hanafiyah.

قال في المبسوط: (وقال الكاساني: ولو أذنت للقوم أجزأهم حتى لا تعاد لحصول المقصود).

Penulis Al Mabsuth berkata : Al Kaasaani berkata : “Seandainya wanita adzan untuk suatu kaum maka sah adzannya kecuali jika tujuan adzan itu tidak tercapai.”

يعني أن المقصود الإعلام وقد حصل، وهو قول بعض الحنابلة، كما في الفروع، وهو وجه عند الشافعية، كما في المجموع، وبعض المالكية، كما في الفواكه الدواني وقد تقدم، وعند الحنفية: إذا أذنت المرأة استحب أن يعاد الأذان.

yaitu tujuan dari adzan adalah pemberitahuan masuknya waktu shalat telah tercapai, ini adalah salah satu pendapat Hanabilah, sebagaimana di Al Furuu’, salah satu pendapat Syafi’iyah sebagaimana di Al Majmuu’, dan sebagaian Malikiyah sebagaimana di Al Fawaakih Ad Diwaani sebelumnya, dan pendapat Hanafiyah : Jika wanita melakukan adzan maka dianjurkan untuk mengulang adzan.

والصحيح الذي لا ينبغي العدول عنه هو مذهب الجمهور وهو عدم أذان النساء للرجال لأن ذلك من المحدثات، ولم يكن في السلف، وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة؛

Pendapat yang benar yang tidak selayaknya berpaling darinya adalah pendapat jumhur ulama’ yang tidak sah adzan wanita untuk laki-laki karena perbuatan tersebut termasuk perkara baru, tidak pernah ada di masa salaf, dan setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.

ولأن المؤذن يستحب له أن يشهر نفسه ويؤذن على المكان العالي ويرفع صوته، والمرأة منهية عن ذلك كله لما في ذلك من تعرضها وتعرض الرجال للفتنة بها ،

Alasan lainnya adalah dianjurkan bagi muadzin untuk menampakkan dirinya dan mengumandangkan adzan di tempat yang tinggi serta mengangkat/mengeraskan suaranya. Dan wanita dilarang dari semua hal tersebut karena akan menimbulkan fitnah bagi laki-laki.

ولهذا جعل النبي عليه الصلاة والسلام: “التسبيح للرجال والتصفيق للنساء”. متفق عليه. وأمرت النساء بالقرار في البيوت.

Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan : “Ucapan tasbih untuk laki-laki dan menepuk tangan untuk wanita.”  (Muttafaq ‘alaihi)

Dan wanita diperintahkan diam atau tetap tinggal di dalam rumah.

ومما تقدم تعلم عدم صحة أذان المرأة للرجال ولو لم يوجد غيرها لأداء الأذان.

Maka dari penjelasan diatas diketahui tidak sahnya adzan wanita untuk para laki-laki meskipun tidak didapati seorangpun yang mengumandangkan adzan selain dia.

والله أعلم.

Sumber : http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&lang=A&Id=28889

Tinggalkan komentar