Masih ingatkah Anda ketika negara kita kedatangan “tamu” presiden AS George Bush pada akhir November 2006 lalu? Ketika itu banyak muncul reaksi dari kaum muslimin Indonesia yang intinya menginginkan supaya Bush pulang kampung. Usirlah Bush dari bumi Indonesia!! Kita lihat organisasi atau gerakan da’wah menggelar aksi demonstrasi untuk mengusir Bush dari bumi Indonesia. Kita sepakat bahwa Bush adalah musuh Islam dan kaum muslimin.
Tetapi permasalahan yang perlu untuk dijelaskan kepada kaum muslimin adalah apakah benar harus menggunakan demonstrasi untuk mengusir Bush? Apakah dibolehkan melakukan unjuk rasa untuk menentang keputusan pemerintah yang itu memberatkan rakyat? Apakah boleh mengerahkan wanita-wanita ke jalan-jalan, berteriak-teriak menentang pemerintah? Yang hal ini sering kita dapati dilakukan oleh gerakan da’wah islam, bahkan mereka menyatakan hal ini adalah salah satu bentuk jihad melawan ketidakadilan atau jihad melawan orang kafir. Oleh karena itu, perlu kiranya ada penjelasan tentang demonstrasi dan hukumnya walaupun dalam tulisan yang cukup ringkas berikut ini.
Demonstrasi Adalah Produk Orang Kafir
Sesungguhya demonstrasi itu merupakan produk asli orang kafir, yang sudah selayaknya bagi kaum muslimin tidak mencontoh hal tersebut. Karena tidak boleh bagi kaum muslimin mencontoh kebiasaan orang-orang kafir. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Barang siapa yang meniru suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka”. (HR Abu Dawud, dishahihkan Ibnu Hibban). Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa meniru kebiasaan orang kafir minimal hukumnya haram.
Islam Berlepas Diri Dari Demonstrasi
Sesungguhnya demonstrasi adalah perkara baru yang belum pernah dikenal di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak pula pada zaman Khulafaur Rosyidin dan para sahabat radhiyallahu’anhum. Islam tidak pernah mengenal tindakan demonstrasi ini, tidak pula mengakuinya, bahkan demonstrasi merupakan produk murni orang kafir yang telah diadopsi oleh sebagian kaum muslimin. Apakah setiap kali orang-orang kafir itu melakukan suatu perbuatan, kita langsung menyetujui dan menirunya? Tentunya sikap seorang muslim yang menerti wala’ dan baro’ tidak melakukan hal yang demikian.
Ketika Bush Datang
Sungguh masih teringat di ingatan kita, ketika Bush datang ke negara kita, banyak reaksi kaum muslimin Indonesia yang menentang hal tersebut. Aksi demonstrasi terlihat di jalan-jalan, yang semuanya menyerukan untuk mengusir Bush, teroris yang sesungguhnya. Dan yang masih teringat ketika itu adalah ada seorang ustadz yang mengisi khutbah jum’at. Salah satu dari isi khutbahnya menyatakan bahwa hukum demonstrasi menentang kedatangan Bush ke Indonesia adalah fardhu ‘ain. Subhaanallah, siapakah ulama’ kaum muslimin dari zaman dulu sampai sekarang yang menyatakan bahwa demonstrasi hukumnya fardhu ‘ain? Apakah ustadz tersebut tidak mengetahui konsekuensi dari ucapannya tersebut? Salah satu konsekuensi dari ucapan ini adalah banyak kaum muslimin yang berdosa gara-gara tidak ikut demo menentang Bush. Tentunya hal ini, jika apa yang dikatakan ustadz tersebut benar. Apakah kita akan mengusir orang kafir dengan cara-cara orang kafir? Semoga saja yang diucapkan ustadz tersebut karena kekhilafan beliau.
Kejelekan Yang Nampak Dari Demonstrasi
Mayoritas demo yang ada tidak lepas dari keluarnya wanita-wanita ke jalan-jalan. Bagaimana sebenarnya hukum wanita yang keluar untuk demo seperti ini? Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu.”(QS Al Ahzab: 33). Konteks ayat ini pada waktu itu ditujukan untuk istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar tetap di rumah dan boleh keluar rumah jika ada keperluan yang dibenarkan syari’at. Kita tidak meragukan lagi akan keilmuan dan ketaqwaan para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi mereka diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah mereka. Bagaimana dengan para wanita saat ini? Tentunya mereka harusnya lebih diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah karena kurangnya ilmu dan ketaqwaan mereka jika di bandingkan istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah hukum asal untuk wanita, yaitu tetap tinggal di rumah jika tidak ada keperluan yang dibenarkan oleh syari’at. Kemudian bagaimana dengan keluarnya wanita dari rumah mereka untuk demo?!!
Tidak diragukan lagi fitnah dan kerusakan yang ditimbulkan sangatlah besar. Apakah merupakan ajaran islam membiarkan para wanita berteriak-teriak di jalan-jalan? Ini hanya salah satu kejelekan yang nampak dari demonstrasi. Di sana masih ada banyak kejelekan yang lain yaitu berbagai kerusuhan dan pengrusakan. Atau minimal mendzolimi para pengguna jalan, ketika demo dilakukan di jalan-jalan. Meskipun mereka menamakan demo mereka dengan aksi damai.
Bagaimana Cara Menasehati Pemerintah ?
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan bagaimana cara menasehati pemerintah. Sebagaimana dalam hadits yang artinya, “Siapa yang ingin menasehati penguasa, maka janganlah dia menampakkan dengan terang-terangan. Akan tetapi hendaklah dia mengambil tangannya lalu mereka berdua bersendirian denganny. Kalau dia menerimanya maka itulah yang diinginkan, dan kalau tidak menerimanya, maka dia telah menunaikan apa yang merupakan kewajibannya” (HR Imam Ahmad, dishahihkan Syaikh Al Albani). Beginilah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita.
Demikianlah pembahasan yang cukup ringkas ini. Semoga Allah menunjuki kita jalan kebenaran dari berbagai macam perselisihan yang ada dengan izin-Nya. Amin. [Didik Suyadi]
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakahtu.
Akhi, saya pribadi kurang sependapat dengan uraian di atas. Apalagi jika analogi yg digunakan adalah kedatangan Bush. Bagaimana dengan demonstrasi yg mendukung perjuangan muslim Palestina, Iraq, Afghanistan? Bukannya itu berhasil menekan agresi bangsa dzalim seperti israel? Bukannya dengan cara itu saudara muslim tsb merasa bahwa saudara muslim yg lain sayang dan senantiasa mendukung perjuangannya?
Demonstrasi yang disampaikan dengan emosi, tidak santun dan anarkais mungkin memang akan susah untuk menyampaikan substansi dari nasehat. Diskusi menurut saya juga demonstrasi, tapi karena santun dalam penyampaian maka ini adalah cara yg tepat untuk menyampaikan aspirasi.
Untuk para wanita yg turun ke jalan untuk ikutan berdemo saya sangat sependapat, karena menjaga kehormatan keluarga menjadi kewajiban yg harus diutamakan.
Pemimpin yang ada sekarang (hari ini) juga bukan merupakan pemimpin yang patut dicontoh. Contoh nyata, masyarakat dibuat bingung dan resah dengan pemimpin kepolisian, KPK, dan Kejaksaan, yang mereka senantiasa bersumpah dengan nama Allah dan saling mengklaim kebenarannya. Pihak yang benar semakin tidak jelas, dan yang salah ngaku-ngaku benar. Sungguh bukan contoh pemimpin yang layak jadi panutan.
Sesungguhnya semua kebenaran hanya milik-Nya, dan semua kesalahan/kekhilafann datangnya dari saya pribadi.
Wallahua’lam bi shawab.
Wassalam.
Waalaikumussalam warohmatulloh wa barokatuh
Untuk Pak Miftahul Arif
Jazakalloh khoir atas komentar antum
“Bagaimana dengan demonstrasi yg mendukung perjuangan muslim Palestina, Iraq, Afghanistan? Bukannya itu berhasil menekan agresi bangsa dzalim seperti israel? Bukannya dengan cara itu saudara muslim tsb merasa bahwa saudara muslim yg lain sayang dan senantiasa mendukung perjuangannya?”
1. Kita mencintai saudara kita sesama muslim karena Alloh, kita mendukung dan mendoakan perjuangan saudara muslim yang berada di Palestina, Iraq, Afghanistan. -Semoga Alloh memenangkan Islam dan kaum muslimin, mengalahkan dan menghinakan musuh-musuh Islam-.
2. Tetapi apakah satu-satunya cara perwujudan cinta dan dukungan kita kepada mereka diwujudkan dengan demonstrasi ? Bukankah demonstrasi merupakan produknya orang-orang kafir yang kita tidak boleh menirunya ? Bagaimana mendukung saudara kita kaum muslimin untuk melawan orang kafir dengan cara-cara yang digunakan orang kafir ?
“Demonstrasi yang disampaikan dengan emosi, tidak santun dan anarkais mungkin memang akan susah untuk menyampaikan substansi dari nasehat. Diskusi menurut saya juga demonstrasi, tapi karena santun dalam penyampaian maka ini adalah cara yg tepat untuk menyampaikan aspirasi.”
1. Yang perlu kita ingat akhi, meskipun demonstrasi itu dilakukan dengan cara sebagaimana yang antum sebutkan di atas tetapi hal ini tetap tidak dibenarkan dalam Islam. Karena demonstrasi bukanlah cara yang diajarkan oleh Nabi –shollallohu ‘alaihi wasallam- dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau –shollallohu ‘alaihi wasallam-. Di samping itu kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa demonstrasi yang awalnya damai tetapi pada akhirnya bisa terjadi keributan bahkan kerusakan fasilitas-fasilitas umum yang ini dilarang syari’at kita.
2. Diskusi sama dengan demonstrasi ?
Tidak benar akhi, diskusi berbeda sekali dengan demonstrasi. Kita bisa lihat cara dan hasilnya.
“Pemimpin yang ada sekarang (hari ini) juga bukan merupakan pemimpin yang patut dicontoh. Contoh nyata, masyarakat dibuat bingung dan resah dengan pemimpin kepolisian, KPK, dan Kejaksaan, yang mereka senantiasa bersumpah dengan nama Allah dan saling mengklaim kebenarannya. Pihak yang benar semakin tidak jelas, dan yang salah ngaku-ngaku benar. Sungguh bukan contoh pemimpin yang layak jadi panutan.”
Hendaknya kita menyibukkan diri dengan tugas dan kewajiban kita masing-masing. Jika pemimpin kita memang benar-benar tidak patut di contah maka jangan mencontoh mereka. Kita juga tidak diperintahkan untuk meneladani mereka. Akan tetapi kita diperintahkan untuk mencontoh Nabi kita yang mulia –shollallohu ‘alaihi wasallam- karena pada diri beliau terdapat suri tauladan yang baik. Dan yang perlu diingat bahwa tidaklah Alloh memberikan kepada kita seorang pemimpin yang dzolim kecuali karena rakyatnya juga orang-orang yang dzolim. Untuk lebih jelasnya silahkan baca di sini atau di sini. –wallohua’lam-
1. iya saya setuju bos..tp gmana mau menasehati pemerintah dengan cara seperti yg bos terangkan di atas..sedangkan pemerintah saja kmana2 selalu dikawal ketat..emangnya bs rakyat langsung bicara dengan pemimpinnya yg terkesan sangat eksklusif tersebut??
2. segala keputusan pemerintah sangat berbau politis daripada kepentingan rakyat..saya jamin 100% dia tdk akan berani mengambil keputusan yg bertentangan dengan partai pendukungnya meskipun dia tau kalau sebenarnya itu yg benar..
jd bagaimana anda menjawab pertanyaan saya di atas??
Untuk Mas Dani
Jazakalloh khoir atas komentarnya
1. Bagaimana cara menasihati pemerintah sekarang ?
Jika kita tidak bisa atau tidak mungkin berbicara dengan mereka secara langsung maka kita bisa menasihati pemerintah kita dengan berkirim surat kepada mereka atau lewat media lain asalkan tidak menasihati mereka di depan publik. Karena hal inilah yang telah diajarkan oleh Nabi kita yang mulia –shollallohu ‘alaihi wasallam- sebagaimana hadits di atas. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi – shollallohu ‘alaihi wasallam-
Bagaimana jika surat kita tidak dibaca atau dibaca tapi pemerintah kita tidak mau menerima nasihat kita?
Kewajiban kita sudah gugur, karena kita sudah melaksanakan dan mengamalkan hadits Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wasallam- untuk menasihati pemimpin kaum muslimin (hadits ar’bain an nawawiyah no 7) dan kita juga telah mengamalkan hadits di atas yaitu menasihati pemerintah dengan cara yang benar (secara sembunyi-sembunyi). Dan Alloh -ta’ala- tidaklah membebani kita dengan sesuatu yang berada di luar kemampuan kita. –Wallohua’lam-
2. Keputusan pemerintah berbau politis ?
Saya tidak tahu dengan permasalahan ini apakah setiap keputusan pemerintah selalu tidak pernah memihak kepada kepentingan rakyat ?
Tetapi yang perlu diperhatikan oleh setiap muslim hendaknya dia berprasangka baik kepada pemerintah kaum muslimin karena mereka memikul amanat yang berat, mengurus kebutuhan banyak orang oleh karena itu wajar jika ada sesuatu yang dirasa kurang pas bagi kita. Karena sangat sulit bagi pemerintah untuk mengakomodasi semua kepentingan kita.
“saya jamin 100% dia tdk akan berani mengambil keputusan yg bertentangan dengan partai pendukungnya meskipun dia tau kalau sebenarnya itu yg benar”
Maka inilah bahayanya orang yang berpartai, karena wala’ dan bara’-nya (cinta dan bencinya) biasanya berdasarkan partai. Jika ada seorang muslim yang dzohir-nya ta’at tetapi tidak mau masuk partainya atau tidak mau ikut partai sama sekali tidak dia cintai daripada seorang muslim yang dzohir-nya bukan orang yang ta’at tetapi masuk partai mereka. Cinta dan benci yang seperti ini dilarang dalam agama kita. –Wallohua’lam-
sebetulnya demonstrasi memang ga berguna, ga efisien efektif. Pendapat saya pribadi lebih baik pake cara lain yang lebih elit, setidak2 nya lewat tulisan, yang sopan dan elit penyampaiannya tentunya. Tapi nampaknya di negara ini masih lebih popular bahasa lisan daripada tulisan, apalagi yang mencontohkan dmonstrasi justru dari kalangan mahasiswa yang notabene masyarakat melihatnya sebagai kalangan terdidik, selain itu nampaknya budaya tersebut telah menciptakan sebuah paradigma baru seolah2 pemerintah atau siapapun akan “mengaku salah” kalo sudah di demo, tentunya ini bukanlah sebuah budaya yang baik.
Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
1. Kita mencintai saudara kita sesama muslim karena Alloh, kita mendukung dan mendoakan perjuangan saudara muslim yang berada di Palestina, Iraq, Afghanistan. -Semoga Alloh memenangkan Islam dan kaum muslimin, mengalahkan dan menghinakan musuh-musuh Islam-.
Do’a saja mungkin belum cukup Akhi. Bantu mereka dengan perjuangan-perjuangan yg nyata, jikalau mungkin menemani memanggul senjata, menemaninya gerilya siang-malam. Bukankah sesama muslim adalah saudara? bagaikan tembok yg tak terpisahkan??
2. Tetapi apakah satu-satunya cara perwujudan cinta dan dukungan kita kepada mereka diwujudkan dengan demonstrasi ? Bukankah demonstrasi merupakan produknya orang-orang kafir yang kita tidak boleh menirunya ? Bagaimana mendukung saudara kita kaum muslimin untuk melawan orang kafir dengan cara-cara yang digunakan orang kafir ?
Afwan akhi, mohon jangan selalu melihat dari sisi anarkis, perusakan dll. Mungkin kalau saya bilang rada kasar : Akhi sama dengan menghitamkan bagian yg putih, tanpa memilah mana yg hitam dan putih. Akan lebih bijak jika antum bisa lihat from the whole side.
Kenapa di jaman Rasulullah tidak ada demonstrasi?? IMO : Rasulullah insan termulia hingga akhir zaman, Pemimpin terbaik yg pernah ada. Rasulullah sungguh pasti sangat bijak, sungguh pasti mau mendenger, sungguh pasti care tanpa hambanya protes, dll Apa seperti ini yg ada sekarang???
3. Hendaknya kita menyibukkan diri dengan tugas dan kewajiban kita masing-masing. Jika pemimpin kita memang benar-benar tidak patut di contah maka jangan mencontoh mereka. Kita juga tidak diperintahkan untuk meneladani mereka.
Afwan akhi, ana juga tidak sependapat dengan ini. Setahuku Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mengajarkan kita untuk selalu taat pada Amri. Dan tidak sepatutnya kita membiarkan yg salah tetep dalam ritme yg salah. Mereka saudara kita (Muslim pula!).
Akhi didik membuat blog seperti ini mungkin bertujuan untuk dakwah, tetapi kenapa terhenti saat dihadapkan dg menasehati pemimpin yg salah ??? keep move akhi… and don’t ever give up even a while.
Afwan kabirr sebenarnya ana nggak mau berbicara banyak seperti ini. Sungguh kebenaran hanya milik-Nya, dan Segala pujian hanya untuk-Nya.
Wallahu’alam bi shawab.
Wassalam
Waalaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuh.
“Do’a saja mungkin belum cukup Akhi. Bantu mereka dengan perjuangan-perjuangan yg nyata, jikalau mungkin menemani memanggul senjata, menemaninya gerilya siang-malam. Bukankah sesama muslim adalah saudara? bagaikan tembok yg tak terpisahkan??”
Ya, benar mereka adalah saudara kita sesama muslim. Kita berusaha membantu saudara kita semampu kita, bukankah Alloh memerintahkan pada kita untuk bertakwa kepada-Nya semampu kita dan Alloh tidak membebani kita sesuatu yang di luar kemampuan kita.
Kemudian apakah kaum muslimin sekarang punya kekuatan untuk membantu saudara kita di Palestina atau negara lain berjuang dengan senjata, ikut perang ?
Senjata apa yang kita gunakan ? dan dari mana kita mendapatkannya ?
Kemudian apakah para ulama’ untuk menganjurkan hal tersebut (kita pergi ke sana dan perang di sana ) ?
Afwan, apakah bapak juga melakukan apa yang bapak katakan, pergi membantu saudara kita untuk perang di sana ?
Oleh karena itu para ulama’ sering mengingatkan kita semua karena kecintaan mereka kepada umat ini bahwa sebab rendah dan hinanya kaum muslimin di mata musuh-musuh islam karena mereka jauh dari ajaran agama islam sebagaimana yang dibawa oleh Nabi kita –shollallohu ‘alaihi wasallam– .
Kehinaan yang menimpa kaum muslimin ini tidak akan dicabut oleh Alloh jika mereka tidak mau kembali kepada Islam, bersungguh-sungguh untuk belajar islam dengan pemahaman para salafus shalih.
“Afwan akhi, mohon jangan selalu melihat dari sisi anarkis, perusakan dll. Mungkin kalau saya bilang rada kasar : Akhi sama dengan menghitamkan bagian yg putih, tanpa memilah mana yg hitam dan putih. Akan lebih bijak jika antum bisa lihat from the whole side.”
Menghitamkan bagian yang putih ?
Coba antum sebutkan “bagian yg putih” dari demonstrasi ?
Kemudian jika ada “bagian yg putih” , Apakah “bagian yg putih” tersebut menurut bapak atau menurut timbangan syariat ?
Ingatlah bapak, bahwa para ulama’ yang sangat cinta kepada umat ini telah memperingatkan umat ini akan kerusakan yang di timbulkan oleh demonstrasi (antum bisa baca ini)
“Kenapa di jaman Rasulullah tidak ada demonstrasi?? IMO : Rasulullah insan termulia hingga akhir zaman, Pemimpin terbaik yg pernah ada. Rasulullah sungguh pasti sangat bijak, sungguh pasti mau mendenger, sungguh pasti care tanpa hambanya protes, dll Apa seperti ini yg ada sekarang???”
Ya, memang benar tidak pernah terjadi demonstrasi pada jaman Nabi, jika Nabi tidak melakukannya kemudian mengapa kita melakukannya ? Seandainya demonstrasi merupakan kebaikan maka para sahabat dan salaf sudah mendahului kita melakukannya.
“Afwan akhi, ana juga tidak sependapat dengan ini. Setahuku Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mengajarkan kita untuk selalu taat pada Amri. Dan tidak sepatutnya kita membiarkan yg salah tetep dalam ritme yg salah. Mereka saudara kita (Muslim pula!). “
Benar pak, Nabi memerintahkan kita untuk selalu ta’at pada ulil amri selama tidak memerintahkan kita berbuat maksiat. Di antara perintah Nabi juga adalah supaya kita tidak membeberkan kesalahan penguasa di depan umum sebagaimana demonstrasi. Jika mereka berbuat kesalahan maka Nabi memerintahkan kita untuk menasihati penguasa dengan sirr, bukan di depan umum sebagaimana demonstrasi.
Jika kita mengaku pengikut Nabi mengapa kita menentang keterangan yang jelas dari beliau dengan akal kita ?
Di manakah sikap tunduk dan pasrah kita kepada dalil ?
“Akhi didik membuat blog seperti ini mungkin bertujuan untuk dakwah, tetapi kenapa terhenti saat dihadapkan dg menasehati pemimpin yg salah ??? keep move akhi… and don’t ever give up even a while.”
Ya benar pak, tidaklah saya menginginkan dengan adanya blog saya ini kecuali kebaikan, yaitu berdakwah dijalan Alloh ta’ala semampu saya, menyeru manusia supaya kembali bersemangat belajar kepada agama Islam sesuai dengan pemahaman salafus shalih.
Bukan terhenti pak,
Antum bisa baca lagi tulisan saya, kita tetap menasihati pemerintah yang melakukan kesalahan dengan cara yang diajarkan oleh Nabi bukan dengan cara yang menurut kita baik tetapi bertentangan dengan ajaran syariat.
Boleh jadi niat seseorang itu baik yaitu menasihati penguasa yang melakukan kesalahan tetapi cara yang dilakukan tidak benar ( dengan demonstrasi misalnya), sehingga tetap dihukumi tidak benar. Oleh karena itu hendaknya kita kembali mempelajari agama Islam ini dengan pemahaman para salafus shalih, kita belajar Islam di bawah bimbingan para ulama’ sunnah.
Semoga Alloh menjadikan kita termasuk orang yang tunduk dan ta’at ketika dihadapkan dengan Al Qur’an ataupun hadits Nabi, bukan malah menolaknya dan bersandar pada akal kita.
Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Maaf sebelumnya. Terus terang, bulu kudu saya merinding dan hati kecil saya menangis ketika membaca tulisan akhi sang pengirim blok ini. Namun hati dan jiwa ini lebih merinding dan menangis ketika membaca komentar dari saudara mereka mengaku saudar seislam. Kenapa demikian, pertama, untuk tulisan akhi di blog, saya merasa bersyukur karena masih ada saudara seiman yang beriman (bukan cuma sekedar seislam, red) yang mau mengingatkan saya tentang islam ala salafus shalih. Saya berharap blog ini akan tetap online dan tidak penah surut walau dilanda berbagai kritikan yang dasarnya dari akal manusia, bukan berasaskan Alquran dan hadis Nabi Muhammad saw.
Kedua, komentar saudara seislam, membuat saya menangis tersedu. Benar apa yang dikatakan Allah, bahwa kunci dunia dan akhirat itu adalah Alquran dan hadis. Maka berpegang teguhlah kamu padanya. Dan janganlah kamu heran jika kelak banyak diantara kamu yang membantah keduanya dengan menggunakan akal, sehingga bertanya kenapa dan mengapa. Nauzubillahi minzalik.
Wassalam….Allahu Akbar