Syaikh Shalih Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah ditanya :
59 ـ هل من الصواب أن يقول المسلم: ”صدق الله العظيم” بعد قراءة القرآن وهل هي واردة؟
Apakah dibenarkan bagi seorang muslim untuk mengucapkan ‘shadaqallahul adzim’ setelah selesai membaca Al Qur’an, apakah ada riwayat hadits yang menjelaskan perbuatan tersebut ?
Syaikh hafidzahullah menjawab :
لم يرد أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ ولا أحدًا من صحابته أو السلف الصالح كانوا يلتزمون بهذه الكلمة بعد الانتهاء من تلاوة القرآن. فالتزامها دائمًا واعتبارها كأنها من أحكام التلاوة ومن لوازم تلاوة القرآن يعتبر بدعة ما أنزل به من سلطان.
Tidak terdapat riwayat baik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , salah seorang sahabat serta salafus shalih yang terbiasa mengucapkan kalimat ini setelah selesai membaca Al qur’an. Maka terus menerus membiasakan diri membaca kalimat ‘shadaqallahul adzim’ dan menjadikannya seolah-olah termasuk salah satu hukum dan kewajiban saat membaca Al Qur’an termasuk perkara bid’ah yang tidak ada keterangannya.
أما أن يقولها الإنسان في بعض الأحيان إذا تليت عليه آية أو تفكر في آية ووجد لها أثرًا واضحًا في نفسه وفي غيره فلا بأس أن يقول: صدق الله لقد حصل كذا وكذا.. قال تعالى: {قُلْ صَدَقَ اللّهُ فَاتَّبِعُواْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ} [سورة آل عمران: آية 95].
يقول سبحانه وتعالى: {وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا} [سورة النساء: آية 87].
Adapun seseorang yang mengucapkannya pada beberapa keadaan, misalnya ketika dibacakan kepadanya satu ayat atau ketika dia merenungi ayat dan mendapati bahwa ayat tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap jiwanya atau yang semisalnya. Maka tidak mengapa mengucapkan ‘ Benarlah firman Allah, sungguh telah terjadi demikian dan demikian . . .’ Allah ta’ala berfirman :
“ Katakanlah: “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah”. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus.” (Al Imran : 95)
Allah ta’ala juga berfirman :
“ Dan siapakah yang paling benar perkataannya daripada Allah.” (An Nisaa : 87)
والنبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ يقول: (إن أصدق الحديث كتاب الله) فقول: ”صدق الله” في بعض المناسبات إذا ظهر له مبرر كما لو رأيت شيئًا وقع، وقد نبه الله عليه سبحانه وتعالى في القرآن لا بأس بذلك.
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah.” Maka ucapan ‘shadaqallah’ untuk sebagian waktu yang sesuai dan cocok yaitu jika nampak kebenaran dari Al Qur’an sebagaimana seandainya engkau melihat sesuatu yang terjadi. Allah ta’ala telah menegaskan di dalam Al Qur’an bahwa hal tersebut tidak mengapa.
أما أن نتخذ ”صدق الله” كأنها من أحكام التلاوة فهذا شيء لم يرد به دليل، والتزامه بدعة،
Adapun engkau menjadikan ucapan ‘shadaqallah’ seolah-olah termasuk bagian dari hukum membaca Al Qur’an maka ini merupakan perkara yang tidak ada dalilnya. Bahkan terus-menerus melakukan perbuatan tersebut adalah bid’ah.
إنما الذي ورد من الأذكار في تلاوة القرآن أن نستعيد بالله في بداية التلاوة: قال تعالى: {فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ} [سورة النحل: آية 98]. وكان ـ صلى الله عليه وسلم ـ يستعيذ بالله من الشيطان في بداية التلاوة
Hanya saja dzikir-dzikir yang ada ketika membaca Al Qur’an adalah :
- Mengucapkan taawudz ketika mulai membaca Al Qur’an. Allah ta’ala berfirman :
“Apabila kamu membaca Al Qur’an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (An Nahl : 98)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari gangguan syaithan saat memulai membaca Al Qur’an.
ويقول: بسم الله الرحمن الرحيم إذا كان في أول سورة سوى براءة أما بد نهاية التلاوة فلم يرد التزام ذكر مخصوص لا صدق الله ولا غير ذلك.
- Mengucapkan basmallah jika membaca mulai awal surat kecuali surat Bara’ah (At Taubah). Adapun ketika selesai membaca Al Qur’an, tidak terdapat dalil yang menunjukkan harus mengucapkan bacaan khusus, apakah itu bacaan ‘shadaqallah ‘atau bacaan yang lain.
Sumber : المنتقى من فتاوى الشيخ صالح الفوزان
Bagaimana Ustadz hukumnya kebiasaan sebagian masyarakat yang melafazkan Allah ketika pembaca Al-Qur’an selesai satu ayat atau pada saat berhenti (mad).
Mubah atau bid’ah? Jazakallah.
Saya belum mengetahui dalil yang menunjukkan disyariatkannya mengucapkan atau melafadzkan Allah ketika pembaca Al Qur’an selesai satu ayat/pada saat berhenti.
Demikian juga sampai saat ini belum saya dapati para ulama’ salaf yang melakukan perbuatan tersebut, dan seandainya perbuatan tersebut baik niscaya mereka sudah mendahului kita untuk melakukannya, karena mereka adalah manusia yang bersegera dalam kebaikan.
Hendaknya kita mencukupkan diri dengan petunjuk Nabi, karena kita yakin bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
Bahkan, dikhawatirkan orang yang melakukannya terjatuh dalam perbuatan mengada-ada dalam masalah agama (bid’ah) jika dia terus menerus melakukannya (merutinkannya) sehingga seolah-olah menjadi syariat atau bahkan dia punya keyakinan bahwa perbuatan tersebut merupakan syariat.
Wallahua’lam
Apakah Rasulullah selalu membatasi amalan2 bermanfaat dengan dalih bukan sunnahku (Sunnah Rasulullah)…apakah pengertian bid’ah seperti itu….Bid’ah adalah penyimpangan aqidah dan syariah yg dicontohkan Rasulullah dengan aqidah/syariah baru atau tambahan….Tapi dalam Islam diperbolehkan melakukan amalan2 di luar konteks sunnah (hadits) namun tidak membuat atau menganggap bahwa itu adalah Sunnah Rasulullah. Karena hal ini juga dilakukan oleh para sahabat Rasulullah. Namun mereka tidak berniat untuk membuat atau menambah aqidah dan syariat baru….