Batasan Khilaf yang Tidak Mengeluarkan Seseorang dari Ahlus Sunnah

Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafidzahullah ditanya :

السؤال: ما هي ضوابط الاختلاف الذي لا يخرج صاحبه من دائرة أهل السنة والجماعة؟

Apa batasan (dhawaabith) khilaf yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah ?

Jawaban Syaikh hafidzahullah :

الجواب: هو الاختلاف في الفروع، وهي المسائل التي فيها مجال للاجتهاد، فهذا هو المجال الذي يكون الاختلاف فيه سائغاً،

Perbedaan dalam masalah furuu’ yaitu permasalahan yang didalamnya ada ruang ijtihad. Maka perbedaan dalam hal ini diperbolehkan.

ومع اختلاف أهل السنة والجماعة فيما بينهم، فإنه لا تنافر بينهم، وإنما يكون بينهم التواد والتراحم، كما كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم يختلفون في بعض مسائل ومع ذلك لم يكن فيما بينهم شيء من التنافر بسبب هذا الاختلاف،

Meskipun terjadi perbedaan pendapat diantara Ahlus Sunnah wal Jama’ah, namun mereka tidak saling berpecah belah, tetap ada rasa cinta dan kasih sayang diantara mereka. Sebagaimana para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbeda pendapat dalam sebagian permasalahan. Namun demikian tidak terjadi perpecahan diantara mereka karena perbedaan tersebut.

فكلٌ انتهى إلى ما وصل إليه اجتهاده، وهم يعلمون أن المصيب فيهم له أجران، وأن المخطئ له أجرٌ واحد كما قال عليه الصلاة والسلام: (إذا اجتهد الحاكم فأصاب فله أجران، وإذا اجتهد فأخطأ فله أجرٌ واحد).

Mereka semua berhenti kepada apa yang dicapai oleh ijtihadnya. Mereka mengetahui bahwa yang benar dalam ijtihad, baginya dua pahala dan yang salah ada satu pahala. Sebagimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apabila seorang hakim berijtihad, jika benar mendapatkan dua pahala dan jika salah mendapat satu pahala.”

Sumber : http://audio.islamweb.net/audio/index.php?page=FullContent&audioid=172524

Tinggalkan komentar